Hubungan
Interpersonal,Cinta Dan Pernikahan
A. Hubungan Interpersonal
Hubungan
interpersonal adalah dimana ketika kita berkomunikasi, kita bukan sekedar
menyampaikan isi pesan, tetapi juga menentukan kadar hubungan interpersonalnya.
Jadi ketika kita berkomunikasi kita tidak hanya
menentukan content melainkan juga menentukan relationship.
Dari segi psikologi komunikasi, kita dapat menyatakan
bahwa makin baik hubungan interpersonal, makin terbuka orang untuk
mengungkapkan dirinya; makin cermat persepsinya tentang orang lain dan persepsi
dirinya; sehingga makin efektif komunikasi yang berlangsung diantara komunikan.
Ada beberapa teori yang menjelaskan mengenai hubungan
interpersonal, yaitu:
1. Model Pertukaran Sosial
Model ini
memandang hubungan interpersonal sebagai suatu transaksi dagang. Orang berhubungan
dengan orang lain karena mengharapkan sesuatu untuk memenuhi
kebutuhannya. Thibault dan Kelley, dua orang pemuka dari teori
ini menyimpulkan model pertukaran sosial sebagai berikut: “Asumsi dasar yang
mendasari seluruh analisis kami adalah bahwa setiap individu secara sukarela
memasuki dan tinggal dalam hubungan sosial hanya selama hubungan tersebut cukup
memuaskan ditinjau dari segi ganjaran dan biaya“.
2. TEORI PROSES PEMBENTUKAN KESAN
1.Stereotyping
Ketika
seseorang menghadapi sosok-sosok dengan beraneka ragam perilaku, maka seseorang
tersebut akan mengkategorikan mereka pada konsep-konsep tertentu; cerdas,
tampan, bodoh, cantik, berwibawa, dll. Dengan begitu seseorang ini lebih mudah
menyederhanakan persepsi yang lahir dari prilaku Orang lain yang menjadi objek
penilaiannya.
Menurut
Jalaludin Rahmat, dalam psikologi kognitif pengalaman-pengalaman baru akan
dimasukkan kedalam laci kategori yang ada dalam memorinya, berdasarkan kesamaan
dengan pengalamanindra masa lalu.
2.Implisit
Personality Theory
Setiap
manusia mempunyai konsep sendiri tentang sifat-sifat apa berkaitan dengan
sifat-sifat apa?. Pacaran, meliputi konsep-konsep perhatian, mesra, toleransi,
memiliki dll. Begitu pula terhadap kisah Adi dan Hani.
Suatu
hari Adi membawakan sebuah materi kepada Anggota baru Partainya tentang
pandangan dunia. Ada pula Hani ikut serta. Dengan nada rendah tapi terarah Adi
terus melangit dengan kata-kata yang belum akrab ditelinga Anggota baru,
sehingga beberapa terpesona, Hani pula didalamnya. Setelah itu, ditengah-tengah
materinya Adi pamit sebentar untuk Shalat, maka bertambahlah poin Adi dimata
Hani. Sifat Shalat lazimnya diikuti oleh sifat-sifat jujur, saleh, bermoral
tinggi, dll. Padahal kesimpulan tersebut belum tentu benar.
Implisit
Personality theory adalah sebuah konsepsi yang tak butuh diungkapkan. Karena
dalam prosesnya ia berlangsung secara alamiah, berdasarkan pengalamannya selama
ada dalam kehidupan.
3.Atribusi
Atribusi
adalah proses menyimpulakan motif, maksud dan karakteristik orang lain dengan
melihat pada perilaku yang tampak. (Baron & Byrne, 1979:56)
Pemaparan
tentang teori “Proses Pembentukan Kesan” Jalalludin Rakhmat diatas setidaknya
membuktikan bahwa Kesan pertama itu sangat berpengaruh terhadap pembentukan
Kesan dalam diri seseorang untuk orang lain.
Jadi
hal ini sudah sangat cukup untuk membuktikan bagaimana pentingnya kesan pertama
itu sebagai sebuah senjata dalam melakukan komunikasi dengan orang lain. Gerak
tubuh dan kepekaan, Penampilan, Raut wajah, kontak mata, fokus pada masalah dan
cara penyampaian yang tepat situasi dan kondisi merupakan beberapa hal yang
mesti diperhatikan oleh seorang Public Relations.
Sikap
terbuka (open mindedness) amat besar pengaruhnya dalam menumbuhkan komunikasi
yang efektif. Lawannya: dogmatisme.
3. Teori
Peranan
Menurut Rakhmat (2012), teori peranan memandang hubungan interpersonal
sebagai panggung sandiwara. Setiap orang harus memainkan peranannya sesuai
dengan ”skenario” yang di buat oleh masyarakat. Menurut teori ini, jika kita
mematuhi skenario, maka hidup kita akan harmoni, tetapi jika menyalahi
skenario, maka kita akan di cemooh oleh penonton dan ditegur oleh sutradara.
Peranan merupakan aspek dinamis dari suatu status (kedudukan). Apabila kita
melaksanakan hak-hak dan kewajiban sesuai dengan status yang kita miliki dalam
masyarakat, maka kita telah menjalankan sebuah peranan dengan baik. Peranan
adalah tingkah laku yang diharapkan dari orang yang memiliki kedudukan atau
status. Antara kedudukan dan peranan tidak dapat dipisahkan. Tidak ada peran
tanpa kedudukan. Kedudukan tidak berfungsi tanpa peran. Dalam hal ini yaitu
peranan seorang wanita yang mengemudikan bentor dimana dirinya seharusnya
menjalankan peranannya sebagai seorang wanita/ibu pada umumnya sehingga
mendapatkan perlakuan yang pantas dari lingkungan sekitarnya.
Asumsi teori peranan mengatakan bahwa hubungan interpersonal akan berjalan
harmonis mencapai kadar hubungan yang baik yang ditandai adanya kebersamaan,
apabila setiap invidu bertindak sesuai dengan ekspektasi peranan, tuntutan
peranan, dan terhindar dari konflik peranan. Ekspekstasi peranan atau peranan
yang diharapkan, artinya hubungan interpersonal berjalan baik apabila
masing-masing individu dapat memainkan peranan sebagaimana yang diharapkan.
Tuntutan peranan adalah desakan keadaan yang memaksa individu memainkan
peranan tertentu yang sebenarnya tidak diharapkan dalam hubungan interpersonal,
kadang-kadang seseorang dipaksa memainkan peranan teretntu, meskipun peran itu
tidak diharapkan. Apabila tuntutan peran tersebut dapat dilaksanakan, hubungan
interpersonal masih terjaga.
Konflik peranan terjadi ketika individu tidak sangggup mempertemukan
berbagai tututan peranan yang kontradiktif. Misalnya, seorang ibu yang berperan
pula sebagai seorang pengemudi bentor di waktu yang bersamaan ia harus
memilih mengantar mana yang terlebih dahulu, apakah tetangganya yang
minta tolong untuk diantarkan ke rumah sakit atau harus mengemudikan bentor
demi mendapat uang harian untuk keluarganya.
4. Menjelaskan intimacy dan hubungan pribadi
Secara harfiah
intimasi dapat diartikan sebagai kedekatan atau keakraban dengan orang lain.
Intimasi dalam pengertian yang lebih luas telah banyak dikemukan oleh para
ahli. Shadily dan Echols (1990) mengartikan intimasi sebagai kelekatan yang
kuat yang didasarkan oleh saling percaya dan kekeluargaan. Sullivan (Prager,
1995) mendefinisikan intimasi sebagai bentuk tingkah laku penyesuaian seseorang
untuk mengekspresikan akan kebutuhannya terhadap orang lain. Intimasi menurut
Levinger & Snoek (Brernstein dkk, 1988) merupakan suatu bentuk hubungan
yang berkembang dari suatu hubungan yang bersifat timbal balik antara dua
individu. Keduanya saling berbagi pengalaman dan informasi, bukan saja pada
hal-hal yang berkaitan dengan fakta-fakta umum yang terjadi di sekeliling
mereka, tetapi lebih bersifat pribadi seperti berbagi pengalaman hidup,
keyakinan-keyakinan, pilihan-pilihan, tujuan dan filosofi dalam hidup. Pada
tahap ini akan terbentuk perasaan atau keinginan untuk menyayangi,
memperdulikan, dan merasa bertangung jawab terhadap hal-hal tertentu yang
terjadi pada orang yang dekat dengannya.
Kebutuhan untuk bersatu dengan orang lain merupakan
pendorong yang sangat kuat bagi individu untuk membentuk suatu hubungan yang
kuat, stabil, dekat dan terpelihara dengan baik (Papalia dkk, 2001). Kedekatan
perasaan seperti ini dapat menimbulkan suatu hubungan yang erat dimana hubungan
ini sebagai lambang dari empati (Parrot dan Parrot, 1999). Berdasarkan beberapa
pengertian intimasi di atas, dapat disimpulkan bahwa intimasi adalah suatu
hubungan interpersonal yang berkembang dari hubungan timbal balik antara dua
individu, yang terwujud melalui saling berbagi berbagi perasaan dan pikiran
yang terdalam, saling membuka diri, serta saling menerima dan menghormati satu
sama lain.
5. Menjelaskan intimacy &
pertumbuhan
Sullivan
(Prager, 1995) mendefinisikan intimasi sebagai bentuk tingkah laku penyesuaian
seseorang untuk mengekspresikan akan kebutuhannya terhadap orang lain.
Kemudian, Steinberg (1993) berpendapat bahwa suatu hubungan intim adalah sebuah
ikatan emosional antara dua individu yang didasari oleh kesejahteraan satu sama
lain, keinginan untuk memperlihatkan pribadi masing-masing yang terkadang lebih
bersifat sensitif serta saling berbagi kegemaran dan aktivitas yang sama.
Factor-factor yang menumbuhkan hubungan
interpersonal uang baik berhubungan dengan orang lain tanpa menilai dan tanpa
berusaha mengendalikan.factor kedua yang menumbuhkan sikap percaya pada diri
orang lain.Kejujuran, factor ketiga yang menumbuhkan sikap percaya.sikap yang
mengurangi sikap defensive dalam komunikasi.
Amat besar pengaruhnya dalam menumbuhkan komunikasi
interpersonal yang efektif.Teori-teori tentang efek komunikasi yang oleh para
pakar komunikasi tahun 1970-an dinamakan pula hypodermic needle theory, teori
ini mengasumsikan bahwa media memiliki kekuatan yang sangat perkasa dan
komunikan dianggap pasif atau tidak tahu apa-apa. Teori peluru yang dikemukakan
Wilbur Schramm pada tahun 1950-an ini kemudian dicabut pada tahun 1970-an dan
meminta kepada para pendukungnya yang menganggap teori ini tidak ada. Sebab
khalayak yang menjadi sasaran media ini ternyata tidak pasif. Kemudian muncul
teori model atau model efek terbatas, Hovland mengatakan bahwa pesan komunikan
efectif dalam menyebarkan informasi, bukan dalam mengubah perilaku.
Penelitian Cooper dan Jahoda pun menunjukan bahwa
persepsi selektif dapat mengurangi efektifitas sebuah pesan.Contoh : seorang
gadis berjalan lenggak-lenggok seperti pragawati dan banyak pria terpana
padanya sampai-sampai tak berkedip, itu merupakan pola S – R. Proses ini
merupakan bentuk pertukaran informasi yang dapat menimbulkan efek untuk
mengubah tindakan komunikasi (communication act). Model S – R mengasumsikan
bahwa perilaku individu karena kekuatan stimulus yang dating dari luar dirinya,
bukan atas dasar motif dan sikap yang dimiliki.
B. Cinta dan Perkawinan
Cinta
Dari hubungan
interpersonal dengan berbagai faktor yang dikemukakan diatas, jika terjadi
hubungan yang berkelanjutan maka akan terjadi/terjalin hubungan interpersonal
lanjutan yakni cinta. Cinta Menurut Izard (Strongman, 1998) dapat mendatangkan
segala jenis emosi, baik yang menyenangkan maupun yang menyakitkan sebagai
proses lanjutan dari hubungan interpersonal yang terjalin antara dua orang
manusia berlawanan jenis.
Stenberg mengemukakan
bahwa cinta memiliki tiga dimensi, yaitu hasrat, keintiman, dan komitmen.
1. Hasrat, dalam dimensi hasrat menekankan pada
intensnya perasaan serta perassan yang muncul dari daya tarik fisik dan daya
tarik seksual. Pada jenis cinta ini, seseorang mengalami ketertarikan fisik
secara nyata, selalu memikirkan orang yang dicintainya sepanjang waktu, merasa
sangat bahagia dan lain-lain.
2.
Keintiman, dimensi ini tertuju pada kedekatan
perasaan antara dua orang dan kekuatan yang mengikat mereka untuk bersama.
3.
Komitmen/keputusan, dimensi komitmen dimana seseorang berkeputusan untuk
tetap bersama dengan seorang pasangan dalam hidupnya.
Pernikahan
Dalam proses hubungan interpersonal yang lanjut dengan adanya cinta untuk mencapai pernikahan bisanya dimensi cinta dihasilkan dari cinta yang berdimensi komitmen/keputusan. Pasangan memiliki hasrat untuk membagi dirinya dalam hubungan yang berlanjut dan hangat. Pernikahan adalah sebuah komitmen yang serius antarpasangan dan biasanya dengan mengadakan pesta pernikahan, berarti secara sosial diakui bahwa saat itu pasangan telah resmi menjadi suami istri. Duvall dan miller (1985) menjelaskan bahwa pernikahan adalah hubungan pria dan wanita yang diakui secara sosial, yang ditujukan untuk melegalkan hubungan seksual, melegitimasi membesarkan anak, dan membangun pembagian peran di antara sesama pasangan.
Faktor-faktor yang mendukung kepuasan pernikahan adalah adanya komunikasi yang terbuka, ekspresi perasaan secara terbuka, saling percaya, tidak adanya dominasi pasangan, hubungan seksual yang memuaskan, kehidupan sosial, tempat tinggal, penghasilan yang cukup, anak, keyakinan beragama dan hubungan dnegan mertua/ipar (Latifah, 2005).
1. Bagaimana memilih pasangan.
Rajin
Beribadah
Ini hal yang penting bagi masa depan
keluarga anda. Carilah calon suami maupun istri yang taat beribadah. Mengapa?
Karena selain bisa menjaga hubungan yang selalu baik karena cinta dilandaskan
kepada tuhan. Anak, akan terbimbing dengan baik. Baik ibu dan bapak sama-sama
memiliki peran dalam pengajaran agama yang baik dikeluarga. Agar anak ini akan
menjadi generasi yang tentunya bisa membanggakan kedua orang tuanya kelak. Jadi
ini salah satu yang harus diperhatikan.
Tidak Matrealis
Sebenarnya Matre itu wajar, karena
memang hidup dijaman sekarang yang apa-apa susah didapat menjadi kriteria yang
penting. Terutama bagi seorang wanita. Mengapa ? bagaimana bisa seorang istri
tampil cantik, bila suaminya tidak pernah membelikan istrinya sebuah alat rias.
Dan ia pasti akan berfikir untuk masa depan anaknya nanti, jika sang calon
suami tidak memiliki penghasilan. Bagaimana ia bisa merawat anak dengan baik.
Tapi, tentu saja matre yang kami definisikan tadi adalah yang positif. Bukan
Matre yang memfoya-foyakan uang dengan hal tidak berguna. Jika pasangan anda
suka memfoya-foyakan uang dan sedikit-sedikit minta uang, anda bisa mundur
untuk tidak memilihnya sebagai pasangan hidup.
Sehat Jasmani maupun Rohani
Pilihlah yang dari segi fisik dan mental
/ jasmani dan rohani yang sehat walafiat. Pilih yang sehat, cerah, gesit, kuat,
dan tidak mudah sakit. Dari segi kesuburan pun juga penting jika anda ingin
punya keturunan. Jika belum yakin maka sebaiknya anda melakukan pemeriksaan
kesehatan berdua saat pranikah. Perhatikan pula keluarganya apakah ada yang
punya riwayat penyakit yang dapat menurun dan bisa berakibat fatal. Terkadang
suatu penyakit dapat diturunkan ke anak dan atau cucu.
Saling Jujur / Tidak Suka Bohong, Cinta
Dan Setia
Mana ada orang yang suka dibohongi.
Pilihlah pasangan yang dapat dipegang kata-katanya dan hanya akan berbohong
untuk kepentingan keluarga yang positif. Jika suka bohong anda akan dibuat
pusing sama pasangan anda kelak. Pasangan yang setia pada anda akan selalu
mencintai anda dan akan selalu berada di samping anda ke mana pun anda pergi
dan dalam kondisi apa pun.
2. Hubungan dalam Perkawinan
Simak dulu pendapat Dawn J. Lipthrott, LCSW,
seorang psikoterapis dan juga marriage and relationship educator and
coach, dia mengatakan bahwa ada lima tahap perkembangan dalam kehidupan
perkawinan. Hubungan dalam pernikahan bisa berkembang dalam tahapan yang bisa
diduga sebelumnya. Namun perubahan dari satu tahap ke tahap berikut memang
tidak terjadi secara mencolok dan tak memiliki patokan batas waktu yang
pasti. Bisa jadi antara pasangan suami-istri, yang satu dengan yang lain,
memiliki waktu berbeda saat menghadapi dan melalui tahapannya. Namun anda dan
pasangan dapat saling merasakannya.
Tahap pertama : Romantic Love. Saat ini adalah saat Anda dan pasangan merasakan gelora cinta yang menggebu-gebu. Ini terjadi di saat bulan madu pernikahan. Anda dan pasangan pada tahap ini selalu melakukan kegiatan bersama-sama dalam situasi romantis dan penuh cinta.
Tahap pertama : Romantic Love. Saat ini adalah saat Anda dan pasangan merasakan gelora cinta yang menggebu-gebu. Ini terjadi di saat bulan madu pernikahan. Anda dan pasangan pada tahap ini selalu melakukan kegiatan bersama-sama dalam situasi romantis dan penuh cinta.
Tahap kedua : Dissapointment or Distress. Masih menurut Dawn, di tahap ini pasangan suami istri kerap saling menyalahkan, memiliki rasa marah dan kecewa pada pasangan, berusaha menang atau lebih benar dari pasangannya. Terkadang salah satu dari pasangan yang mengalami hal ini berusaha untuk mengalihkan perasaan stres yang memuncak dengan menjalin hubungan dengan orang lain, mencurahkan perhatian ke pekerjaan, anak atau hal lain sepanjang sesuai dengan minat dan kebutuhan masing-masing. Menurut Dawn tahapan ini bisa membawa pasangan suami-istri ke situasi yang tak tertahankan lagi terhadap hubungan dengan pasangannya. Banyak pasangan di tahap ini memilih berpisah dengan pasangannya.
Tahap ketiga : Knowledge and Awareness. Dawn mengungkapkan bahwa pasangan suami istri yang sampai pada tahap ini akan lebih memahami bagaimana posisi dan diri pasangannya. Pasangan ini juga sibuk menggali informasi tentang bagaimana kebahagiaan pernikahan itu terjadi. Menurut Dawn juga, pasangan yang sampai di tahap ini biasanya senang untuk meminta kiat-kiat kebahagiaan rumah tangga kepada pasangan lain yang lebih tua atau mengikuti seminar-seminar dan konsultasi perkawinan.
Tahap keempat : Transformation. Suami istri di tahap ini akan mencoba tingkah laku yang berkenan di hati pasangannya. Anda akan membuktikan untuk menjadi pasangan yang tepat bagi pasangan Anda. Dalam tahap ini sudah berkembang sebuah pemahaman yang menyeluruh antara Anda dan pasangan dalam mensikapi perbedaan yang terjadi. Saat itu, Anda dan pasangan akan saling menunjukkan penghargaan, empati dan ketulusan untuk mengembangkan kehidupan perkawinan yang nyaman dan tentram.
Tahap kelima : Real Love. “Anda berdua akan kembali dipenuhi dengan keceriaan, kemesraan, keintiman, kebahagiaan, dan kebersamaan dengan pasangan,” ujar Dawn. Psikoterapis ini menjelaskan pula bahwa waktu yang dimiliki oleh pasangan suami istri seolah digunakan untuk saling memberikan perhatian satu sama lain. Suami dan istri semakin menghayati cinta kasih pasangannya sebagai realitas yang menetap. “Real love sangatlah mungkin untuk Anda dan pasangan jika Anda berdua memiliki keinginan untuk mewujudkannya. Real love tidak bisa terjadi dengan sendirinya tanpa adanya usaha Anda berdua,” ingat Dawn.
Lebih lanjut Dawn menyarankan pula, “Jangan hancurkan
hubungan pernikahan Anda dan pasangan hanya karena merasa tak sesuai atau sulit
memahami pasangan. Anda hanya perlu sabar menjalani dan mengulang tahap
perkembangan dalam pernikahan ini. Jadikanlah kelanggengan pernikahan Anda
berdua sebagai suatu hadiah berharga bagi diri sendiri, pasangan, dan juga
anak.
Ketika pasangan (suami/istri) kedapatan beberapa kali
bersikap kurang baik, anggap lah ini sebuah ladang amal sabar. Dan jangan
sekali-kali berfikir bahwa hasil dari istikharah ternyata gagal ketika suatu
hari merasa sedikit kesal mendapati kelakukan pasangan Anda sikapnya kurang
baik, harusnya tetap lah berfikir bahwa dia memang pilihan terbaik yang Alloh
pilihkan.
Ketika keadaannya seperti itu tadi, yang menjadi
tantangan untuk Anda lakukan adalah menunjukan sikap yang lebih baik dari dia,
agar Anda menjadi contoh kebaikan untuknya, karena tidak selesai hanya berharap
saja dia harus lebih baik dari Anda, tetapi kita harus melakukan sesuatu untuk
menjadi jalan perubahan untuknya. Karena bisa jadi begini, sekarang memang
pasangan Anda belum baik, tapi yakin lah bahwa suatu saat dia akan lebih baik
dari Anda, kontribusi motivasi dari Anda diperlukan juga untuknya.
Terjadinya sebuah Ikatan tali pernikahan, tidak
berarti semuanya menjadi serba cocok, serba lancar dan jauh dari Masalah.
Tidaklah begitu adanya, ada baiknya kita perlu berfikir begini: "dia
bukan aku dan aku bukan dia, aku adalah aku begitu pun dia! tapi aku adalah
bagian dari dia dan dia bagian dari aku. Karena aku Mencintainya, jadi aku harus
bisa memakluminya dan berusaha untuk terus bersikap baik, lebih baik darinya
hingga sikapku bisa menjadi contoh kebaikan untuknya."
3. Penyesuaian dan Pertumbuhan dalam Perkawinan
Perkawinan tidak berarti mengikat pasangan sepenuhnya.
Dua individu ini harus dapat mengembangkan diri untuk kemajuan bersama.
Keberhasilan dalam perkawinan tidak diukur dari ketergantungan
pasangan. Perkawinan merupakan salah satu tahapan dalam hidup yang pasti
diwarnai oleh perubahan. Dan perubahan yang terjadi dalam sebuah perkawinan,
sering tak sederhana. Perubahan yang terjadi dalam perkawinan banyak terkait
dengan terbentuknya relasi baru sebagai satu kesatuan serta terbentuknya
hubungan antarkeluarga kedua pihak.
Banyak yang bilang pertengkaran adalah bumbu dalam sebuah
hubungan. Bahkan bisa menguatkan ikatan cinta. Hanya, tak semua pasangan mampu
mengelola dengan baik sehingga kemarahan akan terakumulasi dan berpotensi
merusak hubungan.
4. Perceraian dan Pernikahan Kembali
Pernikahan bukanlah akhir kisah indah bak dongeng
cinderella, namun dalam perjalanannya, pernikahan justru banyak menemui
masalah. Menikah Kembali setelah perceraian mungkin menjadi keputusan yang
membingungkan untuk diambil. Karena orang akan mencoba untuk menghindari semua
kesalahan yang terjadi dalam perkawinan sebelumnya dan mereka tidak yakin
mereka bisa memperbaiki masalah yang dialami. Mereka biasanya kurang percaya
dalam diri mereka untuk memimpin pernikahan yang berhasil karena kegagalan lama
menghantui mereka dan membuat mereka ragu-ragu untuk mengambil keputusan.
5. Alternatif selain Pernikahan ( Single Life )
Paradigma terhadap lajang cenderung memojokkan.
pertanyaannya kapan menikah?? Ganteng-ganteng kok ga menikah? Apakah Melajang
Sebuah Pilihan??
Ada banyak alasan untuk tetap melajang. Perkembangan
jaman, perubahan gaya hidup, kesibukan pekerjaan yang menyita waktu, belum
bertemu dengan pujaan hati yang cocok, biaya hidup yang tinggi, perceraian yang
kian marak, dan berbagai alasan lainnya membuat seorang memilih untuk tetap
hidup melajang. Batasan usia untuk menikah kini semakin bergeser, apalagi
tingkat pendidikan dan kesibukan meniti karir juga ikut berperan dalam
memperpanjang batasan usia seorang untuk menikah. Keputusan untuk melajang
bukan lagi terpaksa, tetapi merupakan sebuah pilihan. Itulah sebabnya, banyak
pria dan perempuan yang memilih untuk tetap hidup melajang. Tidak dapat
dipungkuri, sebenarnya lajang juga mempunyai keinginan untuk menikah, memiliki
pasangan untuk berbagi dalam suka dan duka. Apalagi melihat teman yang seumuran
yang telah memiliki sepasang anak yang lucu dan menggemaskan. Bisa jadi, mereka
belum menemukan pasangan atau jodoh yang cocok di hati. Itulah alasan mereka
untuk tetap menjalani hidup sebagai lajang. Melajang adalah sebuah sebuah
pilihan dan bukan terpaksa, selama pelajang menikmati hidupnya. Pelajang akan
mengakhiri masa lajangnya dengan senang hati jika telah menemukan seorang yang
telah cocok di hati. Kehidupan melajang bukanlah sebuah hal yang perlu
ditakuti. Bukan pula sebuah pemberontakan terhadap sebuah ikatan pernikahan.
Hanya, mereka belum ketemu jodoh yang cocok untuk berbagi dalam suka dan duka
serta menghabiskan waktu bersama di hari tua. Arus modernisasi dan gender
membuat para perempuan Indonesia dapat menempati posisi yang setara bahkan
melebihi pria. Bahkan sekarang banyak perempuan yang mempunyai penghasilan
lebih besar dari pria. Ditambah dengan konsep pilihan melajang, terutama
kota-kota besar, mendorong perempuan Indonesia untuk hidup sendiri.
Sumber :